Rasa Takut Mati

kematian, agus subkhi hermawan, dakwah, kampus,undip, kammi, kammi semarang

"Aah... Aku belum siap mati kalau sekarang, apa yang kubawa sebagai bekal ketika bertemu dengan Allah kelak."

Potongan kalimat itu sering diucapkan oleh sebagian kalangan dalam melihat proses kematian. Ya, subhan sendiri tentu akan berpikir demikian. Semua makhluk Allah SWT bukannya akan mati ?

Sore ini ada kabar duka, adik kelas di Universitas Diponegoro 2013 FKM Ukh Anggraini Mifta meninggal dunia karena kecelakaan saat sedang Rafting di Garut. Memang kematian tidak pernah ada yang tahu. Kematian tidak memandang umur, tidak pula melihat jabatan. Karena kematian berdasarkan takdir, tidak bisa diundur walau sedetikpun.

Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,  Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (Q.S. Al-Mulk:1-2)

Dalam ayat ini Allah SWT lebih pertama menyebutkan kematian dahulu kemudian baru kehidupan. Jadi teringat sabda Nabi, “Bekerjalah untuk duniamu, seakan kamu hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan kamu mati besok.” 2 Nasehat yang sangat menyentuh kehidupan seorang muslim.

Hakekat kematian adalah sebuah proses alami sebelum memasuki alam yang abadi. Tentu kita ingat bahwa seseorang yang mati dalam pandangan islam adalah ketika berpisahnya roh dengan jasad. Roh ini akan senantiasa hidup sampai masa yang ditentukan. Hal ini senada dengan apa yang Allah gariskan dalam ayat-Nya. 

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya." QS. Al-Baqarah [2]: 154

Seorang sejarawan Ibn Ishak meriwayatkan bahwa ketika orang-orang musyrik Quraisy yang tewas dalam peperangan Badar dikuburkan pada satu perigi oleh  Rasulullah bersama para sahabat, Rasulullah bertanya kepada mereka yang telah dikuburkan itu, “ Wahai penghuni perigi (sumur kotor dan berbau), wahai Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Umayyah bin Khallaf, Abu Jahal bin Hisyam, (seterusnya beliau menyebut nama-nama orang-orang yang ada dalam perigi tersebut satu persatu). Wahai penghuni perigi! Adakah kamu telah menemukan apa yang dijanjikan tuhanmu itu benar-benar ada? Aku telah mendapati apa yang telah dijanjikan Tuhanku.” Para sahabat bertanya, “ Ya Rasul, mengapa engkau berbicara dengan orang yang sudah meninggal? Rasul menjawab, “kamu sekalian tidak lebih mendengar dari mereka, tetapi mereka tidak mampu menjawabku.”

Riwayat di atas menunjukkan bahwa orang yang sudah mati, ruhnya tetap hidup dan bahkan lebih mampu mendengar daripada orang yang masih hidup di alam dunia ini.

Kematian Hanya Ketiadaan Hidup di Dunia

Keindahan hidup di Dunia tentu melenakan setiap insan manusia. Kematian menjadi sapaan tersendiri untuk mengingatkan para hamba-Nya bahwa kehidupan di Dunia ini hanya senda gurau. Bahkan Rasulullah Saw menyatakan bahwa orang yang cerdas adalah orang yang mengingat mati. Karena dengan mengingat mati manusia akan waspada setiap kaki ini melangkah.

Setiap waktu, pasti ada saja yang mengikuti kita. Dimanapun kalian berada Allah senantiasa mengetahui gerak-gerik kita, menilai baik dan buruk yang kita lakukan.

Kematian Gerbang Menuju Surga dan Neraka

Rasa takut mati seringkali menyapa manusia. Ada logika yang wajib dipegang oleh seluruh umat Islam. 

Rasa takut mati dengan mengingat mati itu berbeda, rasa takut mati cenderung keluar karena sulit meninggalkan kehidupan dunia. Sedangkan mengingat mati lebih menitik beratkan memeikirkan kehidupan setelah mati, menyiapkan bekal untuk menyongsong hidup di alam abadi.

Dalam medan jihad pun, ketika takdir kematian tidak datang walaupun amat dekat kematian dengan para pejuang Islam di medan perang. Berjihad tidak mempercepat waktu kematian, karena kematian itu akan tetap datang dalam keadaan tidur diatas ranjang maupun mati di medan perang.

Akhir kehidupan juga menjadi penentu akhir perjalanan manusia. Disaat sakarotul maut, maka dititik itulah setan berusaha dengan maksimal untuk memanfaatkan injury time dengan baik. Perang dengan setan bukan cuma saat menjalani kehidupan yang bergelombang, tetapi saat terakhirpun disaat kekuatan kita melemah, kemampuan kita merapuh maka keluarkan kemampuan terakhirmu di waktu ini.

Wallahua'lam bisoab....
Share on Google Plus

About Agus S. Hermawan

Agus S. Hermawan menempuh pendidikan Sistem Komputer di Universitas Diponegoro. Saat ini beliau bekerja di Divisi Human Resources Kantor Pusat AirNav Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar