Fenomena ISIS

Nama ISIS akhir-akhir ini mecuat, pemberitaan di TV pun bisa ditebak. Kelompok bersenjata yang berusaha menumpas keangkuhan rezim di Suriah ini di "labeli" kelompok Teroris. Memang banyak kalangan tak segan-segan me-labeli suatu kelompok yang tidak sejalan dengan gerakan politiknya ataupun mengancam eksistensi kepemimpinannya dengan "Teroris". Sungguh kasihan nasib umat ini, umat yang bagaikan buih di dalam lautan, umat yang menjadi perebutan oleh bangsa-bangsa asing yang hanya ingin "memanen" hasil sumber daya alam bangsa berpenduduk mayoritas Islam.

Sejenak saya merenung memikirkan ada hikmah apa dibalik munculnya ISIS. Pasca runtuhnya ke khalifahan Islam di muka bumi ini pada tahun 1924, banyak kalangan berusaha kembali membangun "tembok" yang diruntuhkan itu. Mulai dari adanya gerakan PAN Islamisme, kemudian munculnya harokah-harokah didalam tubuh umat ini yang menjaga visi dan impian supaya kekhalifahan Islam berdiri kembali. Karena Islam adalah agama yang syumul (menyeluruh), maka tidak heran banyak dari gerakan ini yang bertransformasi sesuai dengan keadaan umat Islam di daerahnya. Adanya yang menggambil jalan damai, jalan forum, maupun jalan jihad yang kesemua jalan itu adalah jalan cinta-Nya.

Sempat ada secercah harapan dikala "Arab Spring" bergemuruh, Arab Spring adalah sebuah gerakan perlawanan masyarakat di daerah timur tengah melawan ketidakadilan, kesemena-menaan, penindasan penguasa yang memimpin pasca jatuhnya kekhalifahan Islam. Mereka merindukan keadilan, kemapanan, maka wajar jika pemimpin yang muncul pasca revolusi Arab Spring adalah pemimpin dari kalangan Islam. Oase kebahagiaan ini ada dari impian, visi, dan cerita masa lalu tentang adilnya kepemimpinan Islam, Indahnya kepemimpinan Islam, dan tentramnya masyarakat yang ada dibawah naungan bendera keislaman.

Singkat cerita, harapan itupun musnah pasca barat menunjukan power terakhirnya, yaitu militer. Ya, Kudeta militer amat sering menjadi senjata terakhir untuk menggulingkan kekuasaan yang tidak sejalan dengan pandangan Barat. Ini bukan fitnah, ini realita kawan. Realita hukum rimba, bahwa setiap bangsa yang kecil akan diatur oleh bangsa yang besar, neo-imperialisme. Jalan damai yang ditempuhpun ditumpas, penumpasan bukan hanya menggunakan intimidasi oleh pihak militer, tetapi sampe taraf yang mengerikan, pembunuhan umat Islam di Mesir. Sementara itu, Suriah tetap tak bergeming mendengarkan suara mayoritas rakyatnya yang meminta Bashar Al-Assad untuk turun dari singgasana. Jalan damai sekalilagi dilawan dengan kekerasan, penembakan ratusan demonstran secara membabibuta dilakukan oleh militer suriah. Militer yang seharusnya menjaga rakyatnya, sekarang malah menembaki mereka semua. Melihat kedua fenomena ini, tidak heran jalan jihad pun menjadi tameng terakhir, ketika izzah (harga diri) umat islam ditindas. Ditambah suksesnya ISIS mengalahkan keangkuhan kepemimpinan Bashar Al-Assad dan mendirikan "Kekhalifahan" yang dirindukan, sekali lagi oase yang menghilangkan rasa dahaga akan keadilan kembali muncul.

Mari kita kembali melihat ke masa lalu dikala Rasulullah Saw menyampaikan nubuwatnya akan fenomena ini, “Pergilah ke Syam karena ia adalah bumi pilhan Allah, Dia memilih hamba-hamba terbaik-Nya untuk kesana. Jika kalian tidak mau maka pergilah ke Yaman kalian dan minumlah dari telaga-telaga kalian. Karena sesungguhnya Allah telah menjamin untukku Syam dan penduduknya.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim; dishahihkan Syaikh Al-Albani).

Bahkan Rasulullah Saw menisbatkan jika di Akhir Zaman ini penduduk syam (Suriah, Irak dan Palestina) tidak beriman maka tidak ada kebaikan sama sekali pada umat ini. Ya, medan laga di Suriah, Irak dan Palestina adalah medan laga pilihan untuk mereka orang-orang terpilih dari umat Islam. “Apabila penduduk Syam telah rusak maka tidak ada kebaikan pada kalian. Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang selalu beruntung tanpa terganggu dari orang-orang yang menipu mereka hingga hari kiamat.” (HR. Tirmizi no. 2351)

Sahabatku, ingatlah bahwa dakwah dan jihad adalah dua mata uang yang saling berkaitan. Tak akan ada izzah Islam tanpa Jihad, dan tak akan ada rahmat Islam tanpa Dakwah. Mereka saling melengkapi, tak bisa dipisah. Sebaiknya tidak usahlah kita terbawa arus media yang menggiring opini. Saudara kita di Suriah, Irak, Palestina dan belahan bumi lainnya yang berjihad lebih baik dari kita yang cuma memikirkan urusan perut dan cinta semata. Opini dewasa ini adalah fitnah akhir zaman yang telah dinubuwatkan pula oleh Rasulullah Saw. Jika ISIS adalah kelompok yang "menciderai" umat islam, saya nyakin Allah SWT tidak akan mengekalkannya sampai sedemikian lama, Allah SWT hanya akan memilih orang terbaik untuk memimpin Syam, Negeri Akhir Zaman. Negeri dimana kepemimpinan Kekhalifahan Islam di Akhir Zaman ini berada. Jika ISIS adalah kelompok yang "menciderai" image Islam di mata Dunia, maka tidak heran Barat-Timur akan melawan mereka. Hanya karena izin Allah SWT sang maha kreator drama kehidupan, kita akan melihat babak baru perjuangan umat Islam, sama seperti yang telah dijanjikan Rasulullah Saw, “Kalian akan memerangi Jazirah Arab, maka Allah akan menaklukannya untuk kalian. Kemudian kalian akan memerangi bangsa Persia, maka Allah menaklukkannya untuk kalian. Kemudian kalian akan memerangi bangsa Romawi, maka Allah menaklukkannya untuk kalian. Kemudian kalian akan memerangi Dajjal, maka Allah pun mengalahkannya untuk kalian.” (HR. Muslim)

Semoga sahabat semua bisa melihat dari sudut lain tentang makna perjuangan mereka. Memaknai secercah harapan yang kami kaji.
Share on Google Plus

About Unknown

Agus S. Hermawan menempuh pendidikan Sistem Komputer di Universitas Diponegoro. Saat ini beliau bekerja di Divisi Human Resources Kantor Pusat AirNav Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar