Kunci Pembuka Hati

Kunci Pembuka Hati, Agus, Agus Subkhi, Agus Subkhi Hermawan
Kunci Hati (Google Image)
Dr. Muhammad Al- Arifi pernah berkisah tentang kunci hati pada salah satu karyanya "Nikmati Hidupmu", beliau berujar setiap pintu pasti ada kuncinya, Dan, kunci untuk membuka hati manusia adalah mengenal karakter mereka. Memecahkan persoalan seseorang, berdamai dengannya, mengambil manfaat dan menghindari dari kejahatannya akan jadi mudah jika negkau mengenal karakter tiap-tiap orang yang kau hadapi.

Mari kita sedikit menengok permasalahan ini, seorang pemuda terlibat konflik dengan ayahnya. Pertengkaran terus memanas sampai-sampai sang ayah mengusirnya dari rumah. Setiap kali si anak berusaha kembali, sang ayah bersikeras dengan keputusannya.

Engkau datang bermaksud mendamaikan mereka. Engkau sampaikan pada sang ayah beberapa ayat Al-Qur'an, berharap ia takut pada dosa memutus hubungan. Tetapi, ia tidak mengindahkanmu, amarahnya tetap menggelegak.

Lalu engkau mencoba cara lain untuk memperbaiki hubungan mereka. Engkau tahu betul bahwa sebenarnya tipikal ayah itu penyanyang. Maka, dalam kesempatan lain engkau mendatanginya dan berkata, "Pak, tidakkah engkau menyanyangi anakmu ? Ia tidur beralaskan tnah dan beratapkan langit. Di sini engkau bisa makan dan minum, sementara anakmu tak kuasa menahan haus dan lapar. Tidakkah terpikir olehmu bagaimana keadaannya saat engkau mengangkat sepotong roti ke mulutmu ? Tidakkah engkau berpikir bagaimana ia berjalan di bawah terik matahari ? Tidakkah teringat olehmu saat engkau meminang-minang di waktu kecil, kemudian engkau dekap ke dadamu, dan engkau hujani dengan ciuman sayang ? Relakah engkau meminta-minta berharap belas kasih orang lain, sementara orang tuanya masih hidup. ?" Perhatikan reaksinya. Pastilah kasih sayang seorang ayah itu tergelitik oleh perkataan ini. Jika begitu, ia terus merangsek lebih dekat dan lebih dekat lagi pada titik pertemuan dengan anak yang sang ayah sayangi.

Jika ayah anak iitu kikir dan cinta harta, katakan padanya, "Pak, jangan menyudutkan diri sendiri. Kembalikan anakm ke dalam pengawasan dan ayomanmu. Aku khawatir ia akan mencuri atau merampok. Jikaitu terjadi, pengadilan mewajibkanmu untuk mengganti semua yang telah ia curi. Selain itu, engkau dibebani memperbaiki segala sesuatu yang dirusaknya. Sebab, bagaimanapun juga, engkaulah orang tuanya. Karena itu, berhati-hatilah." Perhatikan, ayah yang kikir itu niscaya memperhitungkan keputusannya kembali dari awal.

Jika engkau harus berbicara dengan si anak yang diketahui mencintai harta, katakanlah, "Wahai Fulan, tidak ada yang bisa membantumu selain ayahmu sendiri. Besok ketika engkau akan menikah, siapa yang akan menyiapkan maharmu ? Jika mobilmu mogok, siapa yang akan mendanai perbaikannya ? Jika engkau sakit, siapa yang akan membayar pengobatanmu di Rumah sakit ? Saudara-saudaramu mendapatkan uang dan hadiah yang diinginkan, sedangkan engkau hanya duduk seperti ini. Tidaklah terlambat untuk memperbaiki semua ini. Cukuplah engkau mencium kening ayahmu, atau membisikkan kata maaf di telinganya..."

Begitu juga saat engkau diberi kesempatan oleh Allah untuk mendamaikan pasangan suami-istri, lakukanlah seperti itu. Bukalah pintu hati masing-masing dengan pintu yang sesuai.

Lakukanlah hal serupa ketika engkau berharap mendapatkan cuti kerja. Apalagi engkau tahu bahwa direkturmu tidak mengindahkan perasaan atau kepentingan sosial, dan malah selalu memikirkan pekerjaan. Katakan padanya, "Untuk memperbarui semangat kerjaku, aku membutuhkan cuti selama tiga hari. Saya merasa semangat saya terus menurun mengejar target. Beri kesempatan berlibur tiga hari saja untuk menenangkan kepala saya. Setelah itu, saya akan kembali bersemangat lagi untuk bekerja."

Jika selama engkau bergaul dengannya, engkau tahu ia menaruh perhatian besar terhadap keluarga, katakan padanya, "Aku bermaksud meminta cuti sekedar untuk melihat orangtua dan anak-anakku. Mereka kangen berat kepadaku." Dan sebagainya.

Asah terus ketrampilan semacam ini. Besok atau lusa, engkau akan mendengar orang lain berkata, "Belum pernah kulihat seseorang yang lebih lihai daripada si fulan dalam 'menaklukkan' orang lain." @im_subhan

Kesimpulan
Setiap orang punya kunci. Mengenali karakter dan tabiat seseorang membuatmu mengetahui kunci yang sesuai.
Share on Google Plus

About Agus S. Hermawan

Agus S. Hermawan menempuh pendidikan Sistem Komputer di Universitas Diponegoro. Saat ini beliau bekerja di Divisi Human Resources Kantor Pusat AirNav Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar